Seluk Beluk Jakarta Tenggelam, Tanda-tandanya Bikin Merinding
Seluk Beluk Jakarta Tenggelam, Tanda-tandanya Bikin Merinding (Shafira Cendra Arini - detikFinance)

By Dr. HM. Dimyati, M.M. 22 Sep 2022, 09:39:47 WIB Sekitar Kita
Seluk Beluk Jakarta Tenggelam, Tanda-tandanya Bikin Merinding

Gambar : Foto: Ramalah Jakarta Tenggelam (Istimewa/Climate Central)


Jakarta - Kekhawatiran akan tenggelamnya Jakarta pada 2050 kembali dirasakan warga DKI. Hal ini dipicu oleh berbagai alasan, salah satunya yakni penampakan permukaan air laut yang semakin tinggi setiap tahunnya di kawasan pesisir Jakarta.
Berikut beberapa rangkuman informasi menyangkut persoalan Jakarta tenggelam.
1. Berkali-kali diperingatkan
Peringatan soal Jakarta tenggelam sebenarnya bukan satu dua kali disampaikan. Banyak hasil studi dan paparan yang menunjukkan potensi Jakarta tenggelam. Salah satunya datang dari Direktur Utama PAM Jaya, Arief Nasrudin, pada awal Agustus lalu. Ia menyoroti kondisi tingginya penggunaan air tanah di ibu kota, yang bisa berimbas pada bencana tersebut apabila tidak ditindaklanjuti.
"Dan prediksinya di tahun 2050 diprediksikan 90 persen dari wilayah Jakarta terutama di bagian utara itu akan bisa juga kemudian tenggelam karena budaya atau kemudian penggunaan air yang kemudian tidak segera diselesaikan dan terus mengambil air dari tanah yang memang semakin seeking pastinya," sambungnya. Tidak hanya Arief, Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PDIP Ida Mahmudah juga menyoroti perihal ini. Ia meminta ketegasan Pemprov DKI terkait aturan pemakaian air tanah."Satu contoh saja rumah susun kita itu banyak yang belum tersambungkan oleh air PAM. PDAM belum menyambungkan pipanya ke rumah susun yang ada di pemda DKI, ini satu contoh. Memang kurang concern-nya kita terhadap pemakaian air ini," kata Ida kepada wartawan, beberapa waktu lalu.
Dari sanalah, Ida mendorong adanya peraturan daerah (Perda) terkait dengan penggunaan air tanah ini demi menyelesaikan permasalahan tersebut. Sekretaris Komisi D DPRD DKI Jakarta fraksi Gerindra Syarif juga turut buka suara. Mengenai perkara prediksi Jakarta tenggelam ini, ia mengatakan, sebetulnya sudah diperingatkan sejak 15 tahun lalu.
"Yang pertama saya ingin katakan prediksi itu sudah lama ya diingatkan 15 tahun yang lalu. Banyak faktor yang menyebabkan DKI itu terancam tenggelam, ada pemanasan global, penurunan permukaan tanah, sekarang penggunaan air tanah yang tak terkendali sehingga merusak struktur tanah sehingga terjadi penurunan tanah, sehingga Jakarta kalau dilihat tepi pantai itu sudah di bawah pantai, sehingga ada upaya misalnya membuat tanggul," kata Syarif kepada wartawan, beberapa waktu lalu. Bukan hanya dari dalam negeri, ramalan Jakarta Tenggelam juga datang dari Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA). Prediksi Jakarta sangat berisiko dan rentan tenggelam itu diungkapkan NASA pada laman resminya tengah tahun ini. Penyebabnya, kombinasi banyak faktor, perubahan iklim, jumlah penduduk yang terus bertambah, juga eksploitasi air di ibu kota RI itu. "Dengan meningkatnya suhu global dan pencarian lapisan es, banyak kota pesisir menghadapi risiko banjir yang semakin besar. Itu dikarenakan kenaikan permukaan air laut," tulis NASA. Rata-rata permukaan laut global naik sebesar 3,3 milimeter per tahun. Sudah begitu, hujan semakin intens dengan atmosfer yang makin memanas.
Selain itu, turunnya permukaan tanah Jakarta juga dipercepat oleh urbanisasi, perubahan fungsi lahan, dan pertumbuhan penduduk yang sangat cepat. Menyempit atau tersumbatnya saluran sungai dan kanal oleh sedimen dan sampah juga turut mempercepat penurunan tanah Jakarta.
2. Ramalan dan Data Ancaman Jakarta Tenggelam
Lembaga non-profit independen yang fokus pada isu perubahan iklim, Climate Central, juga turut serta dengan membuat peta proyeksi wilayah DKI Jakarta yang tenggelam pada 2030. Pada data yang diakses tahun 2021 itu, tampak sejumlah wilayah Jakarta yang ditandai warna merah. Warna tersebut menandakan, kawasan itu telah tenggelam pada 2030. Adapun wilayah yang termasuk antara lain Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Pusat, hingga Jakarta Selatan. Namun, ketika diakses kembali pada Rabu (21/09/2022), peta tersebut nampak berbeda di mana tanda warna merah tidak sebanyak dulu untuk 2030. Area Jakarta yang ditandai dengan warna merah hanya terlihat di kawasan pesisir utara, terutama di kawasan Pantai Indah Kapuk-Muara Angke. Hal yang sama juga terlihat dengan proyeksi untuk 2050.
3. Pesisir Utara Jakarta Sering Dilanda Banjir Rob. Beberapa perkampungan di kawasan pesisir Jakarta Utara hingga kini masih terus mengalami banjir rob, banjir yang diakibatkan pasang surut air laut, setiap harinya hingga kondisi ini menjadi hal yang lumrah.
Sebut saja Kampung Empang, Muara Angke, wilayah Jakarta yang secara rutin mendapat 'kunjungan' dari banjir ini. Pada saat air pasang sedang tinggi-tingginya, hampir seluruh bagian kampung bisa terendam air laut hingga sebetis. Kondisi ini diungkapkan oleh Ketua RT 6, Warya. "Tiap tahun ini ada penambahan (tinggi air laut). Bahkan kalau di masa lagi tinggi-tingginya, di pinggir jalan utama sana itu sampai sebetis. Ngalir ke sana padahal jauh," jelasnya kepada detikcom, Selasa (20/09/2022).
Warya mengatakan, semakin ke sini intensitas banjir rob terus meningkat, yang dulunya banjir hanya bertahan beberapa jam lalu surut kembali, kemudian kedatangannya bertambah jadi beberapa hari, dan kini dalam setiap bulannya hanya ada waktu 3 hari tanpa banjir.
Ia memperkirakan tingginya bertambah sekitar 50 cm setiap tahunnya. Ia memperkirakan tingginya bertambah sekitar 50 cm setiap tahunnya. Perhitungan ini ia ambil dari setiap aktivitas pengurukan atau penambahan batuan untuk meningkatkan tinggi daratan di beberapa titik di wilayahnya untuk meminimalisir rendaman air laut. 

4. Muka Air Laut Lebih Tinggi dari Daratan
Terpantau oleh detikcom, Selasa (20/09/2022) melalui meteran air laut di kawasan Pantai Mutiara, Jakarta Utara, permukaan air laut hanya berjarak sekitar 1-2 meter dari tepi tanggul yang membatasinya dengan daratan. Dari tahun ke tahun, tinggi tanggul terus bertambah seiring dengan permukaan air laut yang semakin tinggi. Hal ini diungkapkan oleh salah seorang pengurus kapal di kawas tersebut. "Ini semakin tinggi tanggulnya, dulu ini mepet. Tembok sebelah sana dulunya rata sama tanah ini (daratan). Terus ditinggi-tinggiin," ungkapnya. Bahkan kini ketika pasang, air laut hanya berjarak sejengkal dari tepi tanggul. "Pokoknya tuh untuk deretan tanggul sini jaraknya hampir sejengkal," katanya.Dengan demikian, dapat disimpulkan apabila air laut sedang pasang, tingginya jauh melebihi permukaan daratan mengingat tanggul sendiri memiliki ketinggian dalam rentang 1-2 meter dari daratan.
(zlf/zlf)
 

 




Write a Facebook Comment

Komentar dari Facebook

View all comments

Write a comment